Santri Masa Kini: Antara Kitab Kuning dan Coding

Ilustrasi santri di pesantren.
Sumber :
  • Viva.co.id

Surabaya, VIVA Jatim – Di pesantren-pesantren Indonesia, pemandangan santri bersarung, duduk bersila dengan kitab kuning di pangkuan adalah hal yang akrab. Namun, kini di sejumlah sudut pesantren, ada juga santri yang menatap layar laptop, merangkai baris-baris kode seperti layaknya programmer Silicon Valley. Inilah wajah baru santri masa kini—merangkai masa depan dengan ilmu agama dan teknologi.

GP Ansor Apresiasi Peluncuran Seribu Dapur MBG Pesantren oleh Menko PM Cak Imin

Kitab kuning, yang ditulis dalam bahasa Arab gundul tanpa harakat, adalah simbol tradisi keilmuan pesantren. Dari Tafsir Jalalain, Fathul Qarib, hingga Ihya’ Ulumuddin, kitab-kitab itu membentuk fondasi keilmuan Islam klasik yang telah dipelajari santri selama ratusan tahun.

“Kitab kuning bukan sekadar pelajaran, tapi sarana membentuk karakter, akhlak, dan pemahaman mendalam tentang agama,” ujar KH. Ahsin Sakho, pakar ilmu tafsir dan mantan rektor IIQ Jakarta.

Coding dan AI bakal Jadi Mapel Kelas 5 SD sampai SMA Tahun Ajaran 2025-2026

Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Nusantara telah lama menjadi pusat pembelajaran agama yang melahirkan tokoh-tokoh nasional, dari KH. Hasyim Asy’ari hingga KH. Abdurrahman Wahid.

Coding: Bahasa Masa Depan

Penculik Santri Metal Salah Sasaran, Ternyata Incar Penerima Paket Sabu

Namun dunia terus berubah. Revolusi digital menghadirkan tantangan dan peluang baru. Di tengah era kecerdasan buatan, big data, dan Internet of Things (IoT), keterampilan digital seperti coding menjadi modal penting.

Tak sedikit pesantren kini mulai mengajarkan ilmu komputer, desain grafis, hingga pemrograman kepada santri. Salah satu pelopornya adalah Pesantren Nurul Jadid di Paiton, Probolinggo, yang telah mendirikan Pesantren IT. Di sana, santri belajar membuat website, aplikasi Android, bahkan ikut kompetisi teknologi tingkat nasional.

Halaman Selanjutnya
img_title